Jumat, 10 Januari 2014

Jumlah Perokok Naik, Indonesia Butuh Langkah Nyata

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi, mengatakan jumlah pria perokok di Indonesia meningkat sebanyak dua kali lipat sejak 1980, dan prevalensi pria perokok di Indonesia tercatat sebagai kedua tertinggi di dunia.

“Ini merupakan fakta yang menyedihkan yang dapat memberikan dampak negatif pada kondisi kesehatan serta biaya kesehatan di negara kita. Tapi, tentunya ini juga merupakan fakta bahwa kami akan terus berkomitmen dalam melakukan tindakan nyata dalam mengurangi angka tersebut di Indonesia untuk kepentingan seluruh masyarakat, dan membantu mengurangi angka penyakit yang disebabkan oleh tembakau di seluruh dunia,"ungkapnya menanggapi hasil penelitian terbaru Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington.

Penelitian bertajuk ”Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 Countries, 1980-2012” diterbitkan pada tanggal 8 Januari di Journal of the American Medical Association dalam edisi khusus yang didedikasikan untuk membahas masalah tembakau.

Pengawasan tembakau menjadi penting untuk menekan kenaikan jumlah perokok ini. Penurunan prevalensi tembakau dan konsumsi rokok sudah terjadi secara global, dan bisa terus terjadi di seluruh negara.

Ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dapat menjadi salah satu langkah nyatanya. Pada 2003, FCTC yang diadopsi oleh World Health Assembly sudah diratifikasi di 177 negara.

Direktur IHME, Christoper Murray, mengungkapkan, “Kami memiliki berbagai piranti hukum untuk mendukung pengawasan tembakau, dan kami perlu berbagai cara untuk mempercepat langkah kami. Dan kamipun perlu segera mengetahui apa yang menjadi masalah, jika ditemukan tidak adanya kemajuan.”

Alan Lopez, Laurate Professor di University of Melbourne juga mengatakan pentingnya pengawasan tembakau terutama di negara-negara di mana jumlah perokok mengalami peningkatan.

"Kita tahu bahwa separuh dari para perokok akan meninggal dunia disebabkan oleh tembakau. Peningkatan jumlah perokok berarti semakin tinggi pula angka kematian dini,” terangnya dalam siaran pers yang diterima Kompas Health, Kamis (9/1/2014).

Studi terbaru Global Burden of Disease (GBD) yang dikoordinasikan bersama IHME, menunjukkan penggunaan tembakau menyebabkan hampir 200.000 kematian di Indonesia.


Sumber :

 http://health.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar